cerpen
MEMORIAN
OF LOVE IN MY LIFE
Hari
ini aku masih disini, masih menemani Dimas yang terbaring kaku tak berdaya di
Rumah Sakit. Ini sudah hari ke-10 Dimas terlihat begitu tak berdaya
dihadapanku. Dimas yang dulunya sangat angkuh, sok cool dan bawel kini menjadi
Dimas yang hanya bisa tertidur dan bernafas dengan bantuan oksigen juga mulai
terlihat akrab dengan selang-selang kecil yang tertanam di tangannya. Kamar
Dimas kini dihiasi penuh dengan burung-burung kertas kecil kiriman
sahabat-sahabat Dimas yang juga sahabatku, tadi mereka semua mengunjungi Dimas,
memberikan semangat dan doa tulus untuk kesembuhan Dimas. Putri, Radith, Nia
dan Rudi sekarang menjadi sering bolak-balik kesini hanya untuk mendengar
berita bahagia dari Dimas, tapi berita itu belum juga datang. Ya Allah...sampai kapan Dimas akan terus
menjadi tak berdaya seperti ini? aku sungguh tak sanggup melihat kondisi Dimas
yang seperti ini ya Allah, tolonglah ya Allah sembuhkan dia. Sore hangat yang
sangat indah ini membawa aku kembali mengingat semua kejadian awalku bertemu
Dimas.
5
september 2007....ini adalah pertama kalinya aku masuk Universitas, tak ada
satupun yang aku kenali disini. Aku kebingungan mencari kelas pertamaku,
sesosok pria melintas dihadapan ku dengan langkah santai dan dialah yang
memberitahu dimana kelas yang ku cari. “ternyata kita sekelas” ucapku lirih. “apa??
Lo ngomong apaan barusan??” tanya pria itu yang tenyata mendengar suaraku. “Hah,
ngga kok gue ngga ngomong apa-apa” jawabku kelabakan. “makasih yah!! Gue
Shizie” lanjutku sambil mengulurkan tangan.What!! Dan lo tau apa yang
terjadi??, dia jalan begitu saja berlalu tanpa memerdulikanku yang mengulurkan
tangan, hanya senyuman sinis yang dia lemparkan kepadaku. Huh sebel kalo harus
mengingat kejadian itu lagi. Dimas, pria itu Dimas, dia orangnya. Orang yang
sangat sombong dengan keangkuhannya. Dimas... ngga bisa dipungkiri dia adalah cowo
pintar yang sangat pandai mengolah kata-kata dan mampu membuat orang
disekelilingnya kesirep dengan perkataannya. Eitss, tapi ini ngga berlaku buat
ku. Dimas sebenarnya sosok yang baik, tapi ngga tau jalan ceritanya gimana
sampai dia bisa bersikap aneh padaku. Perjalanan kuliahku bersama Dimas cukup
baik, kita sering sekelompok, bahkan dia juga sering membantuku mengerjakan
tugas yang tak ku mengerti. Yah walaupun perkenalan kita bisa dibilang ngga
cukup baik, kesininya dia bersikap baik
bahkan sangat baik kok kepadaku. Tapi, belakangan terakhir ini dia bersikap
sangat menyebalkan. Aku sama sekali tidak mengerti dengan perubahan sikap Dimas
kepadaku. But whateverlah, i must go on. Toh sahabat-sahabat yang lain masih
mau berada disisiku, itu sudah sangat cukup buatku. Selain Dimas aku juga punya
sahabat-sahabat yang sangat care, yang masih setia disisiku saat Dimas menjauh.
Mereka adalah Putri, Radith, Nia, dan Rudi. Putri adalah teman pertamaku
setelah aku dekat dengan Dimas. Putri.. cewe
cantik berkacamata ini sangat pintar, dan sangat mengerti apa saja yang ia
inginkan. Makanan, sepatu dan tas membuat dia tidak bisa menahan dirinya untuk
mengeluarkan tabungannya. Memang suatu hal sangat tidak disengaja awal mula
perteman kita. Karena, tanpa disadari sejak awal perkuliahan sampai beberapa
minggu kedepan secara berturut-turut kita selalu menggunakan baju dengan warna
yang sama. Karena kedekatan kita dan selalu pergi kemanapun bersama-sama,
sampai hal anehpun dilakukan bersama. Salah satu hal aneh yang pernah kita
lakukan adalah menjadi detektif gadungan mengintai cowo yang lagi dekat dengan
Putri, mengikuti cowo itu dan memperhatikan apa saja yang dia lakukan sampai
cowo itu menghilang dari pandangan. Ada juga kejadian aneh ketika aku dan Putri
sedang berjalan-jalan disalah satu pusat perbelanjaan, salah seorang SPG
berkata “baru jadian yah??” dengan gerakan refleks secara bersamaan kita
sama-sama melepaskan genggaman tangan kita. What? Orang tadi itu ngomongnya ke
kita? Tanya Putri heran kepadaku. Aku tak menjawab apa-apa hanya senyuman yang
dapat kuberikan. Hahaha..kejadian sangat aneh yang membuatku jadi senyum-senyum
sendiri kalau mengingatnya kembali. Radith, Nia, dan Rudi... mereka memang
telah terlihat dekat dari awal perkuliahan. Mereka selalu duduk berdekatan dan
selalu pada barisan yang paling depan. Saat masuk perkuliahan ketiga orang
inilah yang sangat aktif menjawab dan bertanya saat pelajaran, termasuk Dimas
didalamnya. Julukan anak-anak sekelas untuk mereka berempat adalah 4P4, yaitu 4
orang pengejar IP 4. R-U-J-A-K inilah yang membuat Aku, Putri, Dimas, Radith,
Nia, dan Rudi menjadi sangat dekat sampai sekarang. Dan ngerujak bareng selalu
menjadi acara wajib kita kalau lagi mau bergosip ria, upps salah bukan ngegosip
tapi “diskusi” (pakai tanda petik yah!). Selalu saja ada hal-hal aneh diantara
kita yang malah membuat kita menjadi semakin akrab. Satu prinsip yang kita
punya adalah ketika salah satu dari kita mengetahui suatu hal yang terjadi
diluar kita, maka besoknya semua yang diantara kitapun harus tahu tentang hal
tersebut.
.....
Ngga
terasa kita sudah semester tiga sekarang. Persahabatan yang sangat indah
membuat hari-hari yang kita laluipun terasa begitu cepat. Sampai-sampai aku
lupa kapan tepatnya persabahabatan antara aku dan Dimas mulai merenggang. Seingatku
awal semester 2 dia masih sangat baik padaku, masih ngerujak bareng yang
lainnya, dan masih melakukan aktivitas rutin bersama-sama. Kemudian setelah itu
sikap Dimas padaku mulai berubah. Setiap aku mencoba mendekati Dimas, dia
selalu menghindar, perkataan dan sikapnya padaku juga mulai kembali seperti
saat pertama kali bertemu. Awal perkuliahan semester tiga yang langsung
dihadapkan kembali oleh tugas-tugas yang menumpuk. Semuanya berjalan seperti
biasa, masih seperti semester-semester sebelumnya, masih melewati hari-hari
dengan penuh canda bersama sahabat-sahabatku. Masih ada ngerjain tugas bareng,
masih ada ngerujak bareng, masih ada jalan-jalan bareng, dan masih ada nonton
bareng walaupun dengan kondisi tugas yang dikejar-kejar deadline. Ini adalah
salah satu sifat burukku yang selalu melupakan tugas, dan menjadi tugas wajib
Dimas untuk mengingatkanku. Hanya saja semester ini aku melakukan semuanya
tanpa Dimas. Dia selalu pulang ketika perkuliahan selesai. Yang sangat
membuatku sedih adalah perubahan Dimas hanya untukku, kepada yang lainnya Dia
bersikap seperti biasanya. Dan ketika aku berhalangan untuk tidak pergi
bersama-sama yang lain Dimas selalu ikut. Tetapi ketika aku ikut, dia selalu
menolak untuk ikut dengan berbagai macam alasannya. Huh! Aku hanya dapat
menghela nafas yang panjang. “lo itu sahabat gue Dimas, gue yang lebih dulu
dekat dengan lo sebelum yang lainnya dekat dengan lo, tapi kenapa gue yang lo
jauhin ketika persahabatan kita mulai sangat dekat???” tanya ku dalam hati. Dan
sampai sekarang tak ada satu orangpun yang dapat menjawab itu semua. Saat mereka
tertawa bersamanya hanya aku yang terdiam tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa
menatapnya dengan penuh tanya. Aku memilih tuk diam dalam sedih ku.
Suasanapun
menjadi sangat keruh, aku dan Dimas menjadi sering bertengkar akhir-akhir ini.
Sikapnya semakin menyebalkan. Dia selalu mencari gara-gara. Ada saja hal kecil
yang memicu pertengkaran kita. Bingung dan semakin bingung dengan keadaan ini.
Dimas sedikitpun tidak pernah memberi kejelasan atas semuanya. OMG inilah satu
kelemahanku yang sangat tak bisa kututupi. Aku selalu saja takut kalau ada
seseorang yang membenci diriku apalagi itu adalah sahabatku. Walaupun awalnya
terlihat kuat dengan selalu berkata aku akan baik-baik saja kok walaupun tanpa dia
karena hidup akan terus berjalan. Haha itu perkataan bulsyit yang selalu
aku ucapkan untuk menutupi ketakutanku. Eureka!!
Mungkin perlu lima menit, lima jam, lima hari, lima minggu, lima bulan, lima
tahun atau berapapun waktu yang dibutuhkan untuk menjawab apa yang terjadi pada
diriku dan Dimas, karena aku yakin suatu saat jawaban itu pasti muncul.
Hari
ini dosen pengampu mata kuliah pendidikan karakter memberikan tugas kelompok
untuk membuat film dokumenter yang temanya adalah karakter, tugas ini harus
dikumpulkan minggu depan. Yang menyebalkan lagi adalah pembagian kelompok
ditentukan oleh dosen tersebut, satu kelompok terdiri dari 4 orang. Untung saja
aku masih dapat sekelompok dengan Nia, Putri, dan Dimas. “Hah, Dimas??? Oooohhh
kenapa harus sekelompok dengan Dimas sih ya Allah??” Tanyaku membatin. Dosen
perfec yang satu ini ngga emang ngga bisa ngeliat mahasiswanya berlibur dengan
tenang. Huh! Apa boleh buat selama seminggu harus bersama-sama dengan Dimas.
Semoga ada hikmah dibalik semua ini. Kita ngga akan tahu apa yang terjadi kalau
kita berhenti hari ini, kata inilah yang selalu terlintas dan menjadi
penyemangatku bila aku mulai bosan untuk melanjutkan kegiatan hari esok.
Semingggu
kemudian...
Seminggu
bersama Dimas telah berlalu, tak ada sedikitpun kesan menarik yang tertinggal
disana. Seminggu yang membosankan, seminggu yang menyebalkan, seminggu yang
berisi penuh dengan kebencian akan sikap Dimas yang semakin menjadi. Pokoknya
minggu ini menjadi minggu yang harus didelete dari memory otakku.
Persiapan
presentasi film kelompok kami juga telah dipersiapkan dengan baik, pengaturan
cahaya dan suasanannya pun juga telah disesuaikan dengan film kami.
Pemutarannya berjalan dengan baik,dan sangat sempurna seperti yang diimpikan
Dimas, bahkan mendapat nilai tertinggipun juga. Semua berjalan sangat sesuai
apa yang dirancang Dimas sebelumnya. Anehnya semua terasa sangat biasa buat ku,
biasa saja melihat teman-teman sekelompok kegirangan saat mendengar bahwa kelopok
kami mendapat nilai tertinggi, biasa saja saat melihat Dimas tersenyum dengan
sangat bangga akan apa yang dilakukannya, biasa pokoknya semua terlihat biasa.
Mungkin semua ini karena rasa benciku terhadap apa yang sedang kulalui begitu
berlebih sehingga tak ada sedikit pun terlintas rasa bahagia. Ingin rasanya
pergi jauh dari semua keadaan ini, berdiam diri sendiri tanpa ada satupun yang
menganggu, berpikir akan kesalahan apa yang telah kuperbuat sebelumnya terhadap
Dimas sehingga dia begitu bersikap aneh terhadapku, kurasa aku tak bisa terus
menerus diam seperti ini, semuanya harus dibicarakan sampai tuntas hari ini.
Hari ini pun setelah semua mata kuliah berakhir aku akan segera menemui Dimas,
aku segera mengirim pesan untuk Dimas karena dimata kuliah terakhir aku tidak
menemukannya di kelas.
To
: D)I)M)A)S
Dimas
kita bisa ketemu g? Nnti abis shalat ashar yee...gue tunggu di
lobby..._shinzie_ J
Sampai
selesai shalatpun balasan dari dimas belum kuterima. Aku harus mencarinya, ngga
mungkin dia akan membalas pesanku. Kulewati setiap sudut ruangan fakultasku,
tapi aku sama sekali tidak menemukan sosok Dimas, “mungkin dia di ruang HMJ”
pikir ku. Tapi setelah sampai disana Dimaspun tak ku temui. Aku berjalan keluar
fakultas mungkin saja Dimas ada di DPR. DPR itu sebutan untuk taman depan
fakultas kami, DPR itu singkatan dari Dibawah Pohon Rindang. Dengan sangat
menyesalpun aku berjalan pulang, Dimas tak juga kutemui. Tiba-tiba di depan
halte aku melihat sosok yang sangat aku kenal, dari bajunya, cara duduknya, dan
bentuk tubuhhnya dari belakangpun sangat aku kenali. Ya! Itu Dimas, aku sangat
yakin kalau itu Dimas, tak bisa ditepis ada sedikit kegembiraan dalam dada ini.
“Thanks God” batin ku. Belum sempat aku menegurnya Dimas telah menegurku lebih
dulu. Pembicaraan serius bahkan sangat serius dari apa yang kudugapun
berlangsung sangat lama. Masih jelas banget semua ucapan yang terlontar dari
mulut Dimas. “ gue tau apa yang lo mau omongin ke gue. Lo pikir cuma elo yang
tersiksa dengan keadaan kita yang seperti ini, gue juga bisa ngerasain apa yang
lo rasain sekarang, dan apa lo pikir sikap gue yang berubah ke elo seperti ini
adalah tanpa alasan??, lo pikir gue bisa gitu ngebuang masa-masa indah
persahabatan kita dengan mudahnya?, lo pikir gue senang gitu ngeliat lo sebenci
itunya dengan sikap gue, lo pikir...”
“Lo
pikir, lo pikir... lo cuma mikirkan? Lo ngga pernah mau bertindak, kalau gue
yang melangkah duluan lo juga ngga bakalan mau kan ketemu dan menyelesaikan
masalah kita, lo itu lebih mementingkan ego lo, ngga pernah sedikitpun lo
berusaha untuk berada diposisi gue. “heh, nyadar ngga sih lo? Lo itu terlalu
angkuh dengan kesombongan lo..terus lo bangga gitu dengan sikap lo yang selalu
nyakitin orang-orang disekeliling lo?” teriak ku dengan emosi yang tak
terkontrol. “haha..” ketawa dimas sinis, itu Cuma perasaan lo aja kali, yang
lain fine-fine aja tuh dengan sikap gw, makanya hidup lo itu jangan terlalu
piciklah, semua orang itu berbeda, ngga semua harus sama dengan apa yang lo
mau” lanjut Dimas dengan nada datar, sambil berlalu dari hadapan ku. Aku tak
dapat berbuat banyak, ku hanya terdiam mengatur emosi dengan mata yang tak
lepas dari sosok Dimas sampai hilang dari penglihatanku. Tetap saja emosiku tak
bisa kukontrol dengan baik. “Dimas gue benci sama elo, gue benci diri lo, gue
benci sikap lo, gue benci cara bicara lo, gue benci semua yang ada dalam diri
lo”. Teriak ku tak kuasa menahan tangis. Aku pikir kita akan kembali seperti
dulu setelah aku memberanikan diri untuk bicara dengan Dimas. Tapi, huh! Semua
diluar dugaan, keadaan malah semakin buruk. Sungguh diluar dugaan. Ternyata itu
adalah malam terakhir aku bertemu Dimas karena untuk selanjutnya aku sama
sekali tidak melihat Dimas dikelas, bahkan Dimas tidak lagi datang kekampus.
Kata anak-anak yang lain sih Dimas udah pindah, tapi mereka sama sekali ngga
tau Dimas pindah kemana. Sedikit kecewa sih kenapa malam terakhir sebelum Dimas
pergi kita bertengkar hebat, Dimas pergi tanpa memberi jawaban atas pertanyaan
yang selalu mengiang-ngiang ditelinga, kenapa persahabat ku dengan Dimas harus
berakhir seperti ini. Tapi, ya sudahlah aku harus terus menjalani hidupku
seperti biasa bersama sahabat-sahabatku yang lainnya. Sepertinya ada bagian
yang hilang dari cerita hidupku setelah Dimas pergi. Ngga ada lagi sosok
manusia yang bawel saat aku melupakan sesuatu, ngga ada lagi orang yang selalu
mengingatkan ku tentang tugas, ngga ada lagi orang yang marah-marah bila aku
ceroboh, ngga ada lagi orang yang selalu menyemangati saat aku terjatuh.
Kangen, aku sangat kangen dengan masa-masa itu.
Hari
ini aku sadar bahwa Dimas memang telah benar-benar pergi dari kehidupan ku,
walau aku ngga tau dia berada dimana sekarang tapi dia akan selalu menjadi
kenangan terindah dan akan selalu tersave rapi dalam memori otakku. Untuk hari
ini dan seterusnya aku akan menjalani hari-hariku seperti biasa kembali dengan
sahabat-sahabatku tercinta, yah walaupun tanpa Dimas. Sudah hampir 2 tahun aku
melewati hariku tanpa ada Dimas. Semuanya berjalan seperti biasa dan sangat
lancar, menyenangkan sampai-sampai tak sedikitpun aku pernah memikirkan Dimas
lagi Hari ini semua menjadi tegang, karena hari ini sidang penentuan
kelulusanpun dimulai. Semua persiapan telah dilakukan dengan baik, terlihat
dengan sangat ketegangan dalam wajah sahabat-sahabatku, begitupun aku. Beberapa
kali aku memeriksa lagi kelengkapan berkas-berkas untuk sidang, memastikan
semuanya sudah lengkap dan jangan sampai ada yang tertinggal. Beberapa buku referensiku
kembali kubuka hanya sekedar untuk membaca kembali dan mengingat apa yang telah
kupelajari semalam. Tiba-tiba selembar kertas terjatuh dari dalam buku, kertas
yang angat terlihat asing bagiku. Aku mengambilnya dan membaca tulisan dalam kertas
itu
Jakarta, 12 januari 2008
“hai, shinzie aku benar-benar minta maaf
atas semua sikapku selama ini hingga membuatmu begitu benci terhadapku. Ngga
ada sedikitpun maksud untuk menjauh dari kamu, dan sama sekali ngga pernah
terlintas membuatmu bingung dalam kesendirian, ini semua bukan salah shinzie.
Aku saja yang terlalu berlebihan dengan semuanya berusaha membuat kamu berdiri
sendiri dan melupakan ku, tapi aku tahu kok kalau ini adalah cara yang salah. kita
udah ngga bisa sama-sama kayak dulu lagi, ini satu-satunya cara terbaik untuk
membuat kamu benci terhadapku Shinzie. Meski kamu ngga pernah tahu betapa
susahnya aku berusaha membuat kamu melupakanku, bahkan aku juga merasakan hal
yang sama. Mulai sekarang anggap aja kamu ngga pernah punya sahabat sepertiku,
anggap aja kamu ngga pernah kenal sama aku, anggap aja semua hal yang telah
kita lakukan bersama itu ngga pernah ada, aku ngga mungkin lagi ada untuk kamu,
jaga diri kamu, jangan cereboh jadi cewe, jangan sering lupa. Karena
dihari-hari kamu selanjutnya ngga ada lagi cowo sebaik aku yang bakalan
ngingetin kamu tentang tugas ataupun yang lainnya. Meski aku tahu sekarang kamu
sangat benci denganku, tapi asal kamu tau aku sayang banget sama kamu, kamu itu
lebih dari apapun dalam hidup aku, kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku
punya. Salam yah buat yang lainnya. Selalu jadi yang kamu inginkan, belajar
dari Putri cara mengenal diri, kamu ngga ngerti apa kelebihan dalam diri kamu
dan dia sangat pandai dalam hal itu. Jangan pernah ragu dalam menentukan
pilihan. Kalau suatu saat dalam perjalanan menggapai pilihanmu kamu terjatuh
dan ngga ada aku disampingmu, berjanjilah kamu akan bangkit kembali dan
meneruskan langkahmu. Kalau kamu terjatuh kembali dan kali ini kamu terluka,
bangkit kembali, obati lukamu, dan kembalilah berjalan menuju impianmu meskipun
harus tertatih.
selalu simpan
senyummu untukku sahabatku tercinta,
Dimas J
Deg!!
Serasa ada sesuatu yang meghujam jantungku, membuat darahku mengalir dengan
sangat cepat. Ya ampun Dimas, kenapa gue harus baca sekarang sih surat dari lo.
Dasar bodoh nyelipin surat dibuku yang jarang banget gue buka-buka kalau ngga
ada tugas di buku itu. Ah gue bodoh banget sih, surat itu udah dari tahun kapan
baru gue baca sekarang. Lo gimana yah sekarang? Lagi apa? Apa lo sekarang juga
lagi sidang kayak gue ma anak-anak yang lainnya? Aduh gue jadi inget lagikan
sama lo Dimas. Dasar cowo tolol, heran gue bisa sahabatan sama orang kayak lo”
ucap ku dan tanpa sadar air mata ku pun menetes hingga tak bisa kubendung lagi.
“Putri
Shinzie Al Zahra, silahkan masuk” panggil salah satu dosen
Huh,
sekarang giliranku aku harus memberikan yang terbaik. Untuk beberapa waktu
kedepan lupakan semua tentang Dimas aku harus menentukan masa depanku, karena
inilah penentuannya. Bismillah!! Lirihku sambil menyeka air mataku.
Aku
melalui sidangku dengan lancar, semua pertanyaan dari dosen penguji dapat
kujawab dengan baik menurutku, dan selanjutnya kuserahkan semua padaMu ya
Allah. Dimas iya Dimas, tiba-tiba otakku terisi penuh semua tentang Dimas.
Gunung pertanyaan yang pernah membeku dalam otakku kini kembali muncul setelah
2 tahun begitu saja menghilang dalam otakku. Aku masih duduk terdiam
memikirkannya sendiri menikmati indahnya sore hari ini, serasa beban dalam
hidupku sekarang sebentar lagi akan terbayar sudah setelah mendengar pengumuman
minggu depan. Kalau lagi suasana sore seperti ini aku jadi ingat dengan Dimas.
Dimas dia sangat suka sore, menurut dia sore itu indah, sore itu tenang, sore
itu nyaman, sore itu damai. Makanya dia selalu senang melakukan apapun disore
hari. Heran gue dengan orang itu, dimana-mana kebanyakan orang lebih menyukai
pagi dibandingkan sore. “Apa yang sedang dilakukan Dimas sore ini yah?” tanyaku
dalam hati.
Seminggu
kemudian..
Seminggu
berlalu dengan cepat pengumuman kelulusanpun akan diumumkan hari ini pukul
10.00, semua sangat tegang menunggunya. Tapi semua jerih payah dan kerja keras
kita terbayar sudah hasil yang sangat memuaskanpun menjadi milikku dan milik sahabat-sahabatku.
Senang rasanya melihat orang-orang yang kita cintai mendapatkan hasil yang
memuaskan. Ada kegembiaraan sendiri bagiku saat melihat sahabat-sabahabatku
gembira. Ini adalah hal yang sangat aku senangi didunia ini selain bintang. Bagaimana
dengan Dimas?? Aku masih saja memikirkan Dimas, belum tentu juga Dimas lagi
memikirkan aku sekarang. Malam ini anak-anak sekelas membuat acara untuk
merayakan kelulusan kami, senang rasanya bisa berkumpul saat detik-detik
terakhir sebelum semuanya berpencar entah kemana, tapi sedih, ngga mungkin aku
bisa mendapatkan sahabat-sahabat seperti mereka. Bila ditanya satu alasanku
kenapa aku memilih masuk di universitas ini sebelumnya, aku akan menjawab aku
ngga tahu, tapi yang sangat jelas aku tahu jika aku tak masuk universitas ini
aku ngga akan mungkin menemukan sahabat-sahabat terbaik seperti mereka. Suasana
malam ini sangat indah, bintang sangat banyak berhamburan diatas sana. Tiba-tiba
suara yang sangat aneh tapi sangat aku kenali membuyarkan semua lamunan indah
ku.
“hey
kamu careless girl” teriak seseorang dari kejauhan. Aku sangat mengenal suara itu, dan hanya ada
satu orang yang memanggilku dengan sebutan yang paling menjengkelkan itu.
Dimas... iya itu pasti Dimas, tapi mana? Kemana orang yang memanggilku tadi,
kemana dia? Kenapa dia menghilang begitu cepat? Apa itu hanya halusinasiku saja
karena akhir-akhir ini aku sering memikirkan Dimas? Atau itu adalah..
“atau
itu adalah hantu Dimas yang sedang mencari sahabat terbaiknya yang sama sekali
ngga pernah mencari tau keberadaan sahabatnya hanya karena dia begitu membenci
sikap sahabatnya yang telah berbuat salah kepadanya” potong Dimas yang
tiba-tiba muncul dari belakangku. Aku kaget, bahkan sangat kaget seakan gunung
es dalam otakku tiba-tiba mencair dan terjadi longsor es yang sangat dasyat
dalam otakku, walaupun sebenarnya pertanyaan dari gunung es itu belum terjawab.
Aku hanya terdiam, membeku memandangi sosok Dimas yang tiba-tiba ada
dihadapanku sekarang setelah sekian lama dia menghilang. Aku hanya berusaha
menyakinkanku otakku yang mengirimkan sinyal keseluruh tubuh kalau keadaan ini
benar-benar nyata, bukan saat aku berada dalam keadaan gamma. Jika ini
benar-benar aku berada dalam keadaan gamma, aku mohon jangan bangunkan aku dari
mimpi ini.
“kenapa?
Ngga usah kayak orang bego gitu deh, apa ini yang namanya sahabat, saat
sahabatnya pergi tanpa kejelasan yang pasti, dia malah ngga peduli sama sekali.
Sms juga ngga pernah, apalagi mau membalas surat yang aku selipkan di buku.
Jangan-jangan suratnya juga belum dibaca lagi. Lo bener-bener yah sama sekali
ngga peduli sama sahabat lo” lanjut Dimas. Tapi sedikitpun aku ngga bisa
mendengar apa yang diucapkan Dimas barusan, apa ini karena kegembiraan yang
terlalu berlebih. Aku sama sekali tidak mengerti dengan keadaan yang aku alami.
“ah bodoh, ayo ikut gue” Dimas menarik tanganku dan mengajakku pergi kesuatu tempat yang sama
sekali belum pernah kukunjungi sebelumnya. “Ayo masuk, gue yakin lo pasti suka
deh sama tempat ini” Dimas masih terus menarik tanganku sampai aku benar-benar
masuk keruangan tersebut. “Ya ampun tempat ini, tempat ini sangat indah” aku
membatin. “tempat yang indahkan? Dari sini lo bisa ngeliat bintang kapanpun lo
mau, tanpa lo harus kehujanan saat hujan. Ditempat ini juga lo bisa merasakan
lo sedang tidur dilangit ditemani taburan bintang yang sangat banyak. Gue
sahabat yang baikkan? Gue selalu tahu apa yang lo mau. Ngga kayak elo! Ucap
dimas. “Dimas..Dimas gue benciiiiiiii, Gue benci, bahkan sangat benci sama lo,
lo enak banget gitu ninggalin gue tanpa kejelasan, bertahun-tahun gue bingung
kenapa elo bisa bersikap aneh sama gue. Terus sekarang lo datang tiba-tiba sok
baik ngajak gue ketempat ini berharap gue bakalan maafin elo gitu? Heh jangan
harap yah?”. “gue tau lo pasti akan berpikir kalau gue jahat sama lo, gue juga
tahu lo bakal sangat benci sama gue. Gue bingung gue harus ngapain saat itu,
diam-diam rasa sayang gue semakin besar dan gue pun ngga kuat membendungnya.
Ini bukan rasa sayang yang biasa tapi ini rasa sayang yang luar biasa dan gue
ngga mau rasa ini membuat elo membenci dan berubah saat lo akhirnya mengerti
dengan rasa ini. Rasa yang akan tetap menjadi milik lo dan hanya untuk lo
selamanya, walaupun gue tau gue ngga akan bisa memiliki lo selamanya. Gue pikir
setelah gue pergi, gue bisa ngelupain elo tapi malah rasa itu semakin menjadi.
Kadang gue berpikir kenapa harus ada malam? Kenapa harus ada bintang? Gue benci
itu semua. Hal itu yang selalu membuat gue inget sama lo. Setiap malam gue
selalu menggenggam handphone berharap ada sms dari lo. itu adalah hal terbodoh
yang pernah gue lakuin. Tapi, gue ngga pernah menyesal dengan rasa ini. gue
ngga butuh lo mengerti dengan semua yang gue katakan, mengungkapkan semua rasa yang lama terpendam
sudah cukup membuat gue lega” ucap Dimas yang kemudian pergi lagi dan saat itulah
tabrakan hebat ini terjadi.
Bruukk...aku
terjatuh, ada sosok yang menarikku dan memelukku sangat erat,membuyarkan semua
lamunanku, bisa kurasakan kerinduan yang sangat dalam sosok ini dan tak bisa
dipungkiri akupun sama. Dimas, dia telah sadar dan seakan saat ini bumi
berhenti berputar dari porosnya, dan waktupun tak berdetak. Seakan Dimas
membawaku ke suatu tempat yang tak asing bagiku, kita berbaring dibawah lautan
bintang, karena tempat ini atapnya terbuat dari kaca, jadi kita serasa berada
diluar. Dimas memang sangat pandai dalam hal apapun, sampai-sampai dia berpikir
untuk membuat tempat seperti ini, padahal sama sekali dalam otakku tak
terlintas untuk membuat tempat seperti ini. “Dimas..” panggilku, “hmm”. “ lo
kok jahat sih ngebiarin gue bingung bertahun-tahun?” “hahaha” Dimas hanya
tertawa. “mana tidur lama banget lagi ngga bangun-bangun, gue bingung tahu
nungguin lo bermimpi selama itu, eh asal lo tau yah gue udah ngga kaya’ dulu
yah. Enak aja lo bilang gue suka lupa sama tugas. Sekarang udah ngga lagi tau,
gue selalu ingat apa yang akan gue lakukan, gue juga udah baca kok surat dari
lo yah walaupun 2 tahun berikutnya” tangan Dimas begitu dingin, tapi dia enggan
melepaskan genggaman tangannya sedikitpun., lo jangan pergi lagi dari gue yah
Dimas” pintaku manja. “gue akan selalu jadi bintang dihati lo zie” ucap Dimas
dengan suara yang mulai melemas dan menatapku sangat dalam. Dimas tertidur lagi
dengan tangan yang masih menggenggam erat tanganku.
Malam
ini menjadi malam yang sangat indah untukku. Benarkan apa kataku, walau
menunggu sampai berapapun lamanya jawaban itu pasti akan datang. Satu pelajaran
yang dapat kupetik dari pelajaran hidupku adalah jika kita kehilangan sesuatu
yang sangat kita cintai, dan kita benar-benar yakin kalau itu adalah milik
kita, maka yakinlah sesuatu itu akan kembali dengan sendirinya. Jika ia tak
kembali percayalah bahwa itu memang bukan benar-benar milik kita. Kini sebagian
cerita yang hilang yang pernah hilang dari perjalanan hidupku telah kutemui,
dan sekarang akan menjadi satu kesatuan yang utuh, awalnya kupikir seperti itu
tapi ternyata tidak, walaupun aku tetap menyakini Dimas adalah benar-benar
milikku sekarang, tapi dia hanya bisa menjadi bintang dihatiku dan menjagaku
saat hangatnya sore, bahkan sebelum aku sempat mengatakan kalau aku sudah
mengerti dengan rasa terbesar dalam diri Dimas untukku. Selamat jalan the big
power in my life, tetaplah menjadi bintang dihatiku,dan sore terhangat untukku.
You are the sweet memorian of love in my life.
JJJ
Komentar
Posting Komentar